PENDAHULUAN
KELAPA SAWIT
A. Latar Belakang
Kelapa sawit bukan lah merupakan tanaman asli di Indonesia. Tanaman ini dimasukkan pertama kali di Afrika sebagai sentra plasma nuftah pada tahun 1848, ditanam di kebun raya bogor. Percobaan – percobaan banyak dilakukan diberbagai tempat di Jawa dan Sumatera. Semuanya dilaporkan tumbuh dengan baik namun belum ada yang mulai membuka perkebunan secara komersial ( Pardamean,2008).
Perkembangan tanaman Kelapa Sawit menjadi pesat pada abad pertengahan. Perdagangan minyak kelapa sawit yang pertama dari Afrika dilakukan pada abad XVI dengan memperdagangkannya ke Inggris pada tahun 1588-1590, dan pada tahun 1790 Inggris mengimpor 130 ton minyak kelapa sawit. Setelah tahun 1830-an perdagangan minyak kelapa sawit lebih besar, karena minak ini sangat dibutuhkan untuk bahan pembuatan sabun, bahan pelumas mesin dan industri lainnya di Eropa Barat. Pada tahun 1911 ekspor minyak kelapa sawit dari Afrika ke Eropa telah mencapai 87000 ton dan 23200 ton ( Turner,1978).
Tanaman kelapa sawit dimasukkan ke Indinesia oleh bangsa Belanda. Bibit tanaman kelapa sawit itu berasal dari Bourbon (rheunion) atau Mauritius sebanyak dua batang dan dari Amsterdam juga dua batang. Kelapa sawit di Indonesia sangat penting artinya bagi Indonesia. Selama kurun waktu 20 tahun terakhir kelapa sawit menjadi komoditas andalan ekspor dan komoditas yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan harkat petani perkebunan serta para transmigran di Indonesia ( http:id.wikipedia.org/wiki/”kelapa sawit[2010] ).
Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup berarti. Tahun 2002 luas nya 4.116.646 ha, meningkat menjadi 5.239.171 hapada tahun 2003 ( pertumbuhan 27,26 % ). Tahun 2004 luasnya 5.601.770 ha ( pertumbuhan 6,9 % ) dan sampai bulan oktober 2007 luas lahan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai 6,3 juta ha bertambah dari 6,07 juta ha pada tahun 2006. Riau menduduki posisi pertama dengan luas lahan 1,409 juta ha, disusul Sumatera Utara dengan luas lahan 1,044 juta ha dan Sumatera Selatan dengan luas lahan 606.600 juta ha ( Naibaho,1998).
Berdasarkan tingkat penguasaan lahan hingga tahun 2006, 10 juta petani mmenguasai 2.636.000 ha, 163 badan usaha milik Negara menguasai 697.000 ha, 761 swasta nasional menguasai 2.203.000 ha, 38 perusahaan Malaysia menguasai 422.000 ha, dan 16 perusahaan asing lain menguasai 117.000 ha. Total investasi perkebunan kelapa sawit baru selama april – September 2007 mencapai Rp 7,7 triliun, sehingga berpotensi menyerap sedikitnya 93.000 tenaga kerja dan dapat menggerakkan perekonomian di pedesaan ( http://www.litbang.deptan.go.id.”komoditas kelapa sawit” [2010] ).
B. Tujuan
Untuk mengetahui umur tanaman kelapa sawit dengan menggunakan metode Phylotaksis.
C. Kegunaan
Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Botani Umum Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi
Tanaman kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jack ) memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Divisi : Tracheophyta
Subdivisi : Pteoropsida
Kelas : Angiospermae
Ordo : Spadiciflorae ( aracales )
Famili : Palmae ( araceae )
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jack
( Vademecum,1994).
Seperti jenis tanaman palmae yang lainnya, tanaman kelapa sawit mempunyai akar serabut. Akar kelapa sawit akan tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan akar kuartener. Akar primer tumbuh ke bawah didalam tanah sampai batas permukaan air tanah. Sedangkan akar sekunder, tertier, dan kuartener tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah, bahkan akar tertier dan kuartener menuju kelapisan atas ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Disamping itu akan tumbuh pula akar nafas yang timbul di atas permukaan air tanah atau di dalam tanah dengan aerasi baik. Akar kuartener berfungsi menyerap makanan, jika tidak terdapat akar-akar rambut. Fungsi utama akar adalah menyangga bagian atas tanaman dan menyerap zat hara ( Pardamean,2008).
Batang kelapa sawit tumbuh secara lurus keatas. Diameter batang normal adalah 40-60 cm, tetapi pada pangkalnya membesar. Pada ujung batang terdapat titik tumbuh yang membentuk daun-daun dan memanjangkan batang. Selama pertumbuhan meninggi dimulai setelah tanaman berumur 4 tahun, dengan kecepatan pertumbuhan ( pertambahan tinggi ) sekitar 25-40 cm pertahun ( Setyamidjaja,1998).
Daun tanaman kelapa sawit bersirip genap, bertulang sejajar, panjangnya dapat mencapai 3-5 meter. Daun mempunyai pelepah yang pada bagiannya dikiri maupun kanannya tumbuh anak-anak daun yang jumlahnya dapat mencapai 100-160 pasang. Pada bagian pangkal pelepah daun tumbuh duri dan bulu-bulu kasar dan halus. Duduknya pelepah daun pada batang tersusun teratur, melingkari batang membentuk konfigurasi spiral. Daun kelapa sawit tumbuh pada batang sifatnya bergerombol, roset. Daun yang telah tua berubah warnanya menjadi kuning dan pucat sebelum mereka rontok meninggalkan bekas pada batang. Pertambahan jumlah daun yang gugur. Oleh karenanya tampak daunkelapa sawit tumbuh bergerombol di bagian atas tanaman ( Syamsulbahri,1996).
Buah muda berwarna hijau pucat. Semakin tua berubah menjadi hijau hitam hingga kuning. Buah sawit yang masih mentah berwarna hitam ( nigrescens ), beberapa diantaranya yang berwarna hijau ( virescens ). Sementara itu, buah matang berwarna kuning ( orange ). Selanjutnya buah matang akan rontok ( brondol ). Keadaan ini menandakan kelapa sawit sudah layak panen. Biasanya perintah panen diberikan berdasarkan jumlah jatuhnya berondolan, yakni 1-2 buah/kg tandan
( Wahyuni,2007).
Setiap kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji dura Afrika panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji kelapa sawit umunya memiliki periode dormansi. Biji terdiri dari cangkang, inti dan lembaga. Embrio panjangnya 3 mm, berdiameter 12 mm, berbentuk silindris dengan 2 bagian utama. Bagian yang tumpul permukaannya berwarna kuning dan bagian lain yang berwarna putih agak tajam. Biji yang berkecambah lembaganya keluar dari biji melalui cangkang. Bagian pertama yang keluar adalah alar yang lurus kebawah dan selanjutnya menyusul plumula yang tumbuh keatas ( Risza,1995 ).
Syarat Tumbuh
Curah huaj yang baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit adalah sekitar 2000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun. Hujan yang lama tidak turun juga berpengaruh terhadap produksi buah karena buah yang cukup umur tidak akan masak sampai hujan turun ( Saragih,2007 ).
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofia atau menyukai cahaya matahari. Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah kelapa sawit. Tanaman yang ternaungi karena jarak tanam yang sempit pertumbuhannya terhambat karena hasil asimilasinya kurang ( Hartley,1978 ).
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh diberbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol. Namun kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing jenis tanah tersebut tidak sama. Ada dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh, yaitu sifat kimia dan sifat fisika tanah
( Saragih,2007 ).
Sifat kimia tanah dapat dilihat dari tingkat keasaman dan komposisi kandungan hara mineralnya. Sifat kimia tanah mempunyai arti penting dalam menentukan dosis pemupukan mempunyai arti penting dalam menentukan kelas kesuburan tanah. Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang istimewa, sebab kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi. Adapun tanah yang baik harus memiliki pH 4,0-6,0 dan yang terbaik pH 5,0-5,5 ( Vademecum,1994 ).
Phylotaksis adalah pola susunan daun-daun pada batang dan sangat jelas pada tanaman kelapa sawit, terutama karena polanya sangat jelas dan dapat diamati dari berkas daun yang dapat bertahan lama dibatang. Pada kelapa sawit primordial daun dihasilakn dalam pola spiral mulai dari titik tumbuh ( apex ). Spiral ini dikenal sebagai “spiral genetik”. Setiap primordium daun teroisah dari primordium sebelumnya. Pada spiral genetik yang berdasarkan suatu sudut, yaitu sudut divergen yang besarnya 137,5 0. Pada batang kelapa sawit dewasa, susunan kelipatan 8 daun umumnya biasanya ditemui, tetapi kelipatan 5,13, dan 21 juga dapat dijumpai
( Pardamean,2008).
Penanaman merupakan aktivitas utama yang menentukan tingkat keberhasilan usaha suatu suatu perkebunan. Aktivitas yang dilakukan yaitu penanaman kacang-kacangan sebagai penutup tanah untuk mempersiapkan kondisi yang kondusif bagi penanaman kelapa sawit sehingga tidak ada yang mati dan mampu menghasilakan produksi seperti yang direncanakan ( Turner,1974).
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit ( TBS ) yang diikuti dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahapproses yang berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lainnya kegagalan pada satu tahap proses harus berjalan dengan lancer sesuai dengan norma-norma yang ada. Adapun tahapan proses yang terjadi selama pengolahan kelapa sawit menjadi CPO ( Naibaho,1998).
Pemeliharaan pembibitan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan program pembibitan. Tanpa pemeliharaan yang baik, bibit yang unggul sekalipun tidak akan bisa menekspresikan keunggulan dan semuanya akan menjadi sis-sia. Persemaian merupakan periode kritis seperti pada pemeliharaan bayi yang baru dilahirkan. Kecerobohan dalam pemeliharaan persemaian dapat menyebabkan kecambah mati. Gangguan yang terjadi pada persemaian akan berakibat buruk
( Pahan,2006 ).
Susunan spiral mengikuti deret Fibonacci, yaitu 1:1:2:3:5:8:13:21 dan seterusnya. Setiap angka pada susunan spiral ini merupakan penjumlahan dari dua angka sebelumnya. Pada batang kelapa sawit dewasa, susunan kelipatan 8 dan umumnya biasa ditemui tetapi kelipatan 5,13 dan 21 juga dapat dijumpai
( Wood,1968).
BAHAN DAN METODE
A. TEMPAT DAN WAKTU PERCOBAAN
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Botani Umum Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut pada hari Jumat, 23 April 2010.
B. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jacq ).
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tali plastic untuk menelilingi pohon kelapa sawit serta melilitkan pada pohon kelapa sawit mengikuti alur yang telah ditentukan. Pacak sebagai penanda batas yang terbuat dari kayu. Alat tulis untuk menulis data dan hasil yang telah diperoleh dengan menghitung umur kelapa sawit. Kalkulator untuk menghitung data jumlah pelepah dalam satu alur dengan menggunakan rumus : R = n/20 x P. Kertas sebagai tempat untuk mencatat data. Kamera sebagai alat dokumentasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil
Dik : n = 37
P = 8
Maka :
R = n/20 x P
R = 37/20 x 8
R = 14,8
Jadi, umur kelapa sawit adalah 14 tahun 8 bulan
2. Pembahasan
Dari hasil percobaan yang dilakukan diketahui bahwa umur kelapa sawit yang diamati adalah 14 tahun 8 bulan dengan jumlah pelepah daun dalam satu alur adalah 37. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman tahunan dimana setiap tahun jumlah pelepah, panjang pelepah dan anak daun lebuh banyak tergantung pada umur kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahyuni (2007) yang menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit yang lebih tua jumlah pelepah dan anak daunnya lebih banyak dan panjang dibandingkan dengan kelapa sawit yang lebih muda.
Kelapa sawit dengan rumus phylotaksis 3/8 dapat dibuktikan dengan melakukan pengukuran langsung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saragih (2007) yang menyatakan pada kelapa sawit primordial daun dihasilkan dalam pola spiral mulai dari titik tumbuh. Spiral ini dikenal dengan spiral genetik.
Umumnya, spiral genetik tanaman kelapa sawit memutar kekanan (right-handed) dan hanya jumlah kecil yang memutar ke kiri (left-handed). Namun, pada beberapa kelapa sawit spiral genetik yang memutar kekanan atau kekiri jumlahnya kurang lebih sama sesuai dengan yang dinyatakan olaeh Pahan (2006) arah spiralnya oleh sifat genetik dan juga tidak berkorelasi terhadap produksi buah.
Pada kelapa sawit, primordial daun dihasilkan dalam pola spiral mulai dari titik tumbuh (apex) spiral ini dikenal sebagai spiral genetik sesuai pernyataan Pahan (2006) setiap primordium daun terpisah dari primordium sebelumnya pada spiral genetik berdasarkan suatu sudut yaitu sudut divergen yang besarnya 137,50.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
- Kelapa sawit memiliki phylotaksis 3/8
- Kelapa sawit memiliki sudut divergensi 1350
- Kelapa sawit yang diamati memiliki umur 14 tahun 8 bulan dengan jumlah pelepah 37 buah dan memiliki 9 alur pelepah daun.
- Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman monoceus bunga jantan dan bunga betina terdapat satu pohon.
- Buah kelapa sawit tersusun dalam satu tandan dan bagian-bagiannya adalah eksocarp, mosocarp, dan endocarp.
SARAN
Dalam menhitung jumlah pelepah daun kelapa sawit praktikan harus memanjat pohon kelapa sawit dengan hati-hati dan teliti agar tidak terjadi kesalahan dalam menghitung jumlah pelepah dalam satu alur tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/”kelapa sawit” [april 2010].
http://Litbang.deptan.go.id/”komoditas kelapa sawit” [april 2010].
Naibaho, D.M. 1998. “Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit”. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit: Medan.
Pahan, I. 2006. “Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari hulu
hingga hilir”. Penebar Swadaya : Jakarta.
Pardamean, M. 2008. “Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa
Sawit”. Agrodia Pustaka : Jakarta.
Risza, S. 1995. “Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas”. Kanisius: Jakarta.
Setyamidjaja, D. 1998. “Budi Daya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan
Kemitraan. Agromedia: Jakarta.
Sunarko.2009. “Budi Daya Kelapa sawit”.
Syamsulbahri. 1996. “Bercocok Tanaman Perkebunan Tahunan. Stipap: Medan.
Wahyuni, M. 2007. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit. Stipap: Medan.
Turner, P.D. 1978. “Oil Palm Cultivation Management”. The Inc. Society of
Plasters: Malaysia.
Vandecum. 1994. “Kelapa Sawit”. PTPN IV: Medan.
Ponten, N.1998. “Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit”. Rispa: Medan.
Saragih, B. 2007. “Panduan Lengkap Kelapa Sawit”. Penebar Swadaya: Jakarta.
Wood, B.J. 1968. “Perts Of Oil Palm In Malaysia And Their Control”. Common
Weal Institute Of Entomology: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar